Sekolah Kepemimpinan Desa merupakan sekolah yang difokuskan kepada kader-kader desa yang memiliki semangat tinggi untuk menggerakkan desanya menjadi lebih kreatif, produktif, partisipatif, transparan dan inklusif. Sekolah ini juga melibatkan Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Perangkat Desa, Karang Taruna, Tokoh Masyarakat dan masyarakat lain yang menginginkan.
Tutor dalam Sekolah Kepemimpinan Desa adalah lulusan dari Sekolah Politik Anggaran (Sepola) kabupaten yang diinisiasi oleh Perkumpulan Inisiatif (Ngo) dan juga Sekolah Anggaran Desa (Sekar Desa) yang diinisiasi oleh Seknas FITRA (Ngo) serta Akademisi yang telah berpengalaman menjadi pendamping pengembangan desa yang tergabung dalam lembaga Pengkajian dan Pemberdayaan Masyarakat PAMA Trenggalek.
Kenapa Sekolah Kepemimpinan Desa ini diperlukan bagi desa, mungkin akan saya jelaskan di paragraf selanjutnya.
Sekolah Kepemimpinan Desa (SKD) di Desa Slawe
Awalnya salah satu perangkat desa bidang keuangan Desa Slawe menghubungi saya untuk menanyakan jadwal kegiatan, lantas ketika saya menjawab ia menjelaskan tentang maksud dari tujuan ia menghubungi tersebut. Ia ingin mengadakan Sekolah Kepemimpinan Desa bagi Karang Taruna yang baru saja dilantik.
Perangkat tersebut adalah teman sekolah waktu di MTs Muhammadiyah Watulimo, Namanya Teguh Prasetyo atau biasa dipanggil Kemplang. Dipertemuan sebelumnya kami memang pernah bercakap-cakap tentang agenda untuk memajukan desa melalui person-person yang ada di desa. Maka karena saya dan teman-teman telah melakukan kegiatan Sepola dan Sekar Desa di desa-desa, akhirnya bercerita terkait kegiatan ini. Ia tertarik dan ingin melakukan hal sama. Setelah itu kami menyepakati kapan waktu dilakukan kegiatan peningkatan kapasitas.
Dalam hal peningkatan kapasitas Karang Taruna, sebenarnya bukan kali ini saja kami lakukan, kami pernah diundang di Desa Ngembel untuk sharing bersama Karang Taruna dan melakukan pemetaan potensi desa serta menyusun rencana-rencana strategis guna ditindaklanjuti oleh Karang Taruna itu sendiri.
Tanggal 29 Agustus 2020 bertempat di Gedung Balai Desa Slawe kami melaksanakan Sekolah Kepemimpinan Desa yang dihadiri sekitar 30 anggota Karang Taruna Mardi Utama, sesuai informasi yang kami dapatkan sebelumnya, para peserta terdiri dari laki-laki dan perempuan usia pelajar mahasiswa. Jadi secara konteks materi yang kami berikan, lebih banyak melakukan brainstorming.
Misalnya, bagaimana mereka memandang keberadaan desa Slawe jaman dahulu, jaman sekarang dan proyeksi masa depan yang kemudian kami sandingkan dengan cerita kepala desa saat masih kecil, apa yang berubah dari desa-desa ini, dari tiada menjadi ada, dari ada menjadi tiada. Sebagaimana lazimnya agenda peningkatan kapasitas manusia, guna mendapatkan output yang jelas, para peserta harusnya lebih memahami tentang apa yang hendak mereka upayakan untuk maju. Misalnya kemajuan desa, ada dua aspek yang harus dipenuhi supaya desa benar-benar maju, pertama aspek sumber daya manusia dan yang kedua aspek sumber daya alam.
Sumber daya manusia sangat penting bagi kelangsungan kemajuan desa, misalnya, desa-desa butuh orang-orang yang cukup cerdas mengatasi ketimpangan ekonomi yang ada di desanya masing-masing supaya terjadi pembangunan desa yang merata. Desa butuh orang-orang yang mampu memikirkan bagaimana desa mampu mengembalikan masyarakat yang muda untuk kembali dari kota ke desa guna menerapkan ilmu pengetahuan mereka. Tentu hal ini tidak akan bisa didapat, tanpa mengupayakan ekosistem kreatif yang ada di desa.
Pikiran-pikiran semacam ini nyatanya disenangi oleh peserta yang hadir, satu persatu dari anggota karang taruna Mardi Utama mengutarakan impian-impian yang akan mereka ciptakan di desa Slawe. Seperti bagaimana kegiatan ekonomi bagi kalangan muda mampu mengangkat perekonomian desa. Jadi peran-peran pemuda desa tidak hanya sebatas turun ke jalan mengikuti karnaval atau gerak jalan melainkan juga memegang kunci penting bagi roda perekonomian desa.
Saya hanya berpikir begini, jika saja pemerintah desa mau memfasilitasi para pemuda untuk berperan penuh terhadap pembagunan desa, saya rasa desa mampu segera lebih maju dari kabupatennya sendiri. Maka forum-forum pengembangan kapasitas semacam ini butuh dimasifkan di desa-desa.
Semoga saja kami tim Sekolah Kepemimpinan Desa kuat untuk melakoni peran ini. Bagaimanapun juga, sebenarnya ini berat.